Decentralized Finance (DeFi): Evolusi Keuangan Selanjutnya?

Sistem keuangan kita telah berevolusi menjadi semakin efisien melalui berbagai inovasi. Dalam bentuknya saat ini, hampir setiap aspek sistem keuangan kita terpusat melalui pemerintah dan bank, dan bahkan dalam sistem keuangan kripto, banyak layanan masih terpusat. Sistem terpusat ini telah jauh lebih efisien daripada bentuk-bentuk sebelumnya, tetapi tetap memiliki kekurangan inheren menurut Harvey et al. (2021), seperti inefisiensi karena adanya perantara, kurang transparan, terpusatnya kontrol, terbatasnya akses, dan kurangnya interoperabilitas1.

Menggunakan teknologi blockchain, DeFi (Decentralized Finance/Keuangan Terdesentralisasi) merupakan inovasi dari keuangan tradisional yang ada dan mencoba untuk memecahkan masalah-masalah inheren, sambil menyediakan layanan serupa atau bahkan baru. DeFi mendesentralisasikan sektor keuangan dengan menempatkan smart contracts yang berjalan secara otomatis untuk menggantikan lembaga keuangan, dan blockchain sebagai pengganti buku besar terpusat, meningkatkan efisiensi dan transparansi. Namun, karena DeFi adalah sektor baru dan masih berkembang, risiko dari kurangnya regulasi dan masalah keamanan, diantara risiko lainnya, masih sangat signifikan.

1. Keuangan Tradisional Dan Terpusat

Keuangan Tradisional (Traditional Finance/TradFi) adalah sistem keuangan yang ada saat ini, yang didasarkan pada mata uang fiat2. Seiring waktu, TradFi telah berkembang menjadi lebih efisien melalui inovasi. Dari inefisiensi sistem barter, hingga adanya berbagai bentuk mata uang3. Kecepatan inovasi telah meningkat di abad terakhir, dari adanya kartu kredit, ATM, telepon dan internet banking, dan lain-lain1.

Seiring bertambahnya inovasi, fintech dan segala bentuknya muncul sebagai bentuk lanjutan. Fintech menggunakan teknologi untuk meningkatkan inklusi keuangan, mengurangi biaya, mengurangi inefisiensi, meningkatkan produktivitas, dan menghubungkan sektor riil dan keuangan, di antara manfaat lainnya4. Karena fintech didefinisikan sebagai teknologi yang digunakan untuk mendukung atau mengaktifkan layanan keuangan, CeFi (Centralized Finance/Keuangan Terpusat) dan DeFi (Keuangan Terdesentralisasi) termasuk dalam sektor ini.

CeFi adalah istilah yang digunakan untuk produk keuangan kripto yang terpusat. Oleh karena itu, CeFi mirip dengan TradFi, tetapi menggunakan mata uang aset digital atau stablecoin, dan umumnya lebih terintegrasi dengan penyedia lain2. CeFi memiliki berbagai jenis layanan keuangan termasuk pinjaman, penukaran, pembayaran, asuransi, dan manajemen aset2.

Penukaran CeFi adalah layanan keuangan kripto pertama yang diluncurkan pada tahun 2010, dan oleh karena itu lebih besar dari DeFi yang lebih baru5. Binance adalah penukaran Crypto terbesar yang ada dengan nilai perdagangan harian terbesar sebesar US$76 miliar, dan telah memfasilitasi penukaran kripto senilai US$7,7 triliun sepanjang tahun 2021, menurut Business of Apps. Banyak penukaran CeFi menggunakan algoritma untuk menghubungkan penawaran dengan permintaan, dan sistem order book untuk mencatat dan memvalidasi transaksi6.

2. Decentralized Finance (Keuangan Terdesentralisasi)

Menurut Wharton, Decentralized Finance atau DeFi adalah aplikasi terdesentralisasi berdasarkan blockchain yang menyediakan layanan keuangan8. Oleh karena itu, DeFi memiliki semua karakteristik blockchain dan cryptocurrency yang terdesentralisasi dan transparan, di mana keseluruhan ekosistem ini tidak terpengaruh oleh intermediasi atau pengaruh pemerintah. Transparansi juga akan menjadi nilai tambah karena semua transaksi dicatat di blockchain8.

DeFi umumnya didasarkan pada blockchain publik seperti ethereum yang dapat memfasilitasi smart contract9. Smart Contract adalah kontrak otomatis dalam bentuk kode yang berjalan secara otomatis dalam kondisi tertentu dan tidak dapat diubah setelah digunakan10. Hal ini meningkatkan efisiensi dan mengurangi kebutuhan akan pihak ketiga, terutama dalam memantau kinerja perjanjian. Otomatisasi dari smart contract juga akan meningkatkan kepercayaan dan mengurangi biaya potensial seperti biaya operasional, penipuan, dan risiko hukum.

Salah satu aspek penting dalam praktik DeFi adalah stablecoin, yang menggantikan cryptocurrency umumnya, yang nilainya terlalu fluktuatif untuk menjadi satuan hitung yang layak. Stablecoin adalah aset yang mematok nilai pasarnya pada referensi eksternal, seperti emas atau Dolar AS menggunakan algoritme kompleks atau referensi hukum, menciptakan aset digital yang stabil9. Pengembangan CBDC (Central Bank Digital Currency), bentuk digital dari uang bank sentral yang dikeluarkan oleh bank sentral, juga dapat menjadi tambahan sumber nilai stabil untuk DeFi11.12.

DeFi yang berbasis blockchain dapat terhubung dengan dunia luar melalui sumber data yang disebut oracle, yang dapat memasok data seperti nilai saham, nilai mata uang, atau data cuaca1. Fungsi yang masih berkembang ini sangat penting bagi DeFi untuk menciptakan utilitas di luar ekosistemnya. Semua aplikasi dan organisasi dalam ekosistem DeFi bersifat terdesentralisasi. Maka aplikasi tersebut dapat digunakan oleh siapa saja dan tidak memiliki badan pengendali; sementara organisasi tersebut memiliki aturan operasionalnya dalam sebuah smart contract, dan diatur oleh pemegang governance token1,13.

DeFi saat ini masih dalam tahap adopsi awal, dan oleh karena itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan CeFi, tetapi telah tumbuh secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Menurut Defipulse14, DeFi memiliki lebih dari US$100 miliar yang disetorkan pada November 2021, tumbuh 700% dari sekitar US$12,5 miliar pada November 2020. Platform DeFi terbesar, Maker, telah mengunci senilai lebih dari US$18 miliar, sementara token DeFi telah mencapai kapitalisasi pasar lebih dari US$175 miliar.

3. Bagaimana DeFi Dapat Memperkuat TradFi Dan CeFi

article-4-a.jpg

Baik TradFi yang dijalankan oleh bank, dan juga pada titik tertentu CeFi, memiliki beberapa masalah yang dapat dipecahkan oleh ekosistem DeFi3,1. TradFi memiliki kontrol dan tata kelola terpusat oleh bank dan lembaga besar, atau perusahaan keuangan kripto di CeFi, sementara DeFi menggunakan protokol terbuka, smart contracts, dan governance token untuk mendesentralisasi tata kelola. Kurangnya akses dari TradFi, seperti pada masyarakat yang tidak memiliki rekening bank, berpotensi dapat diperbaiki melalui DeFi. Menggunakan teknologi, DeFi dapat meningkatkan inklusi keuangan dengan menjangkau masyarakat yang tidak memiliki rekening bank dan memungkinkan setiap pengguna untuk mengakses infrastruktur keuangan, terlepas dari lokasi atau tingkat kekayaan mereka.

Tidak adanya intermediasi di DeFi akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya transaksi, membuat pembayaran menjadi murah dan hampir instan15. Transparansi dan akuntabilitas pada sistem keuangan juga akan meningkatkan melalui catatan dalam blockchain, terutama dibandingkan dengan kurangnya transparansi bank1. Smart contract yang disebutkan di atas dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan biaya seperti biaya penyelesaian dan pemantauan, dan menggunakan smart contract bersama dengan agunan dapat mengurangi risiko gagal bayar10, 15. Inovasi dalam DeFi juga berkembang lebih pesat dibandingkan dengan TradFi, karena kebutuhan izin lebih rendah dan pasar DeFi memiliki hambatan masuk yang jauh lebih rendah15.

Namun, sebagaimana semua inovasi baru dalam tahap awal, DeFi dan seluruh ekosistem kripto yang mencakup CeFi menghadapi banyak risiko. Salah satu tantangan utama adalah ketidakpastian regulasi. Cryptocurrency, sebagai wajah dari ekonomi terdesentralisasi, diatur berbeda-beda antar negara, mulai dari alat bayar yang sah hingga larangan mutlak16, 17. Karena DeFi dan ekosistem kripto bekerja dalam skala global, sulit untuk menerapkan persyaratan hukum nasional untuk menegakkan hukum dalam kejahatan keuangan, penipuan, atau penghindaran peraturan berbasis DeFi. Selain itu, kurangnya kerangka AML/KYC (Anti Money Laundering/Know Your Customer) di DeFi juga menjadi masalah yang signifikan9. Sebagai perbandingan, CeFi memiliki risiko hukum yang serupa, tetapi memiliki kerangka KYC yang lebih baik.

Keberlanjutan blockchain juga merupakan risiko yang signifikan karena blockchain ethereum, yang berfungsi sebagai blockchain DeFi utama, membutuhkan sejumlah besar energi untuk beroperasi18. Ethereum juga memiliki masalah skalabilitas karena peserta harus membayar biaya transaksi yang sangat fluktuatif tergantung pada volume transaksi9. Selanjutnya, masalah keamanan dalam DeFi sangat signifikan karena pada tahun 2021, penipuan dan pencurian di DeFi telah menyebabkan kerugian sebesar US$10 miliar, naik tujuh kali lipat dari tahun 202019. Semua risiko ini juga berlaku untuk CeFi sampai titik tertentu, karena keduanya didasarkan pada blockchain dan menghadapi masalah keamanan.

4. Praktik Defi Saat Ini

DeFi saat ini telah menyediakan banyak layanan keuangan, termasuk tabungan, pinjaman, penukaran, manajemen kekayaan, jaringan pembayaran, dan bahkan asuransi dan derivatif. Ada juga proyek non-lembaga keuangan seperti taruhan, KYC, analitik, dan tokenisasi aset. Namun, menurut The Economist, DeFi saat ini tidak memiliki ekonomi riil untuk dilayani, dengan banyak pengguna menggunakannya untuk memfasilitasi atau memanfaatkan taruhan pada token spekulatif15.

Institusi pinjaman di DeFi, yang meminjamkan aset kripto untuk agunan saat ini telah mencapai hampir US$25 miliar dalam nilai posisi hutang14. Protokol-protokol paling besar, AAVE dan Compound, saat ini memberikan bunga tabungan dan pinjaman masing-masing sekitar 2,5% dan 3,8%. Karena prosesnya terdesentralisasi, prosesnya tidak memerlukan izin dan setiap fungsi terjadi secara otomatis menggunakan smart contract1.

Satu inovasi unik dari DeFi lending adalah flash loan, pinjaman instan tanpa jaminan yang harus dilunasi dalam transaksi yang sama. Pinjaman ini terutama digunakan untuk memanfaatkan peluang arbitrase antar bursa, atau pinjaman refinancing tanpa agunan1. Flash loan bisa berbasis bunga atau tanpa bunga, karena ia bersifat instan dengan risiko gagal bayar yang sangat kecil. Flash loan telah menjadi produk DeFi yang populer, tetapi juga berisiko karena telah menjadi sasaran serangan dunia maya.

Bentuk DeFi lainnya yang besar adalah Decentralized Exchanges (DEX), yang memungkinkan pengguna untuk saling bertukar aset digital7. Karena DEX menggantikan otoritas pusat dengan smart contract, ini membuatnya lebih cepat, lebih murah, dan lebih anonim. DEX tidak menggunakan sistem order book yang digunakan oleh TradFi dan CeFi, tapi banyak DEX menggunakan AMM (automated market method), yang menciptakan pasar perdagangan otomatis menggunakan pool likuiditas dari pengguna yang menerima pendapatan pasif untuk setiap transaksi. Metode ini meningkatkan likuiditas pasar dan menghilangkan potensi manipulasi pasar.

Setelah layanan keuangan dasar, DeFi juga telah mengembangkan protokol margin trading dan derivatif. Salah satu perusahaan tersebut adalah dYdX, yang menyediakan layanan bagi investor untuk mengambil posisi long atau short dengan menggunakan agunan bermargin dengan leverage tertentu1. Produk derivatif utama mereka adalah perpetual futures berbasis bitcoin, yang mirip dengan futures tradisional tetapi tanpa tanggal penyerahan. Produk ini memungkinkan investor untuk bertaruh pada harga bitcoin di masa depan berdasarkan nilai indeks tertentu.

Kesimpulan

Evolusi keuangan telah membawa kita ke TradFi, dan dengan menambahkan cryptocurrency, CeFi berkembang. Lalu baru-baru ini DeFi berkembang dengan menggunakan blockchain dan smart contract untuk menciptakan desentralisasi. Desentralisasi ini memiliki potensi memperbaiki efisiensi dari TradFi dan Cefi, namun, baik risiko cryptocurrency yang juga dimiliki CeFi, dan risiko inheren DeFi harus dikelola untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih aman dan terpercaya. Lebih jauh lagi, Sebuah aspek yang mengkhawatirkan dari pertumbuhan DeFi adalah kecenderungannya untuk memfasilitasi transaksi spekulatif dan kurangnya koneksi dengan sektor riil. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dapat menimbulkan risiko sistemik yang makin besar seiring pertumbuhan sektor tersebut.